TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah tidak terlalu mempedulikan langkah Ketua Progres 98 Faizal Assegaf yang melaporkan dirinya ke Polda Metro Jaya atas dugaan pencermaran nama baik. Menurut Fahri, orang seperti Faizal tidak layak lagi untuk ditanggapi karena sudah terlalu banyak melapor dan dilaporkan. "Tapi nampaknya, itulah hidupnya," kata Fahri, Selasa, 22 Mei 2018.
Selain Fahri, Faizal juga melaporkan sejumlah petinggi PKS seperti Sohibul Iman, Mardani Ali Sera, dan Anis Matta. Laporan itu berawal dari cuitan Anis Matta di Twitter tentang pemimpin Usamah bin Ladin. Faizal menganggap cuitan Anis justru memuji pemimpian Al-Qaeda tersebut.
Lewat Twitter, Faizal meminta pemerintah dan polisi mengawasi kantor-kantor PKS di Jawa Timur karena diduga mendukung para teroris. Sebab Faizal menduga kader PKS terlalu “nyinyir” soal isu terorisme yang mengakibatkan suburnya radikalisme.
Cuitan Faizal itu membuat gerah pengurus PKS Jawa Timur. Mereka melaporkan Faizal ke polisi pada 15 Mei 2018. Saat itulah, Fahri ikut berkkomentar. "Dia (Fahri) menyerang saya. Katanya, ada orang kuat di belakang saya, saya berafiliasi dengan jaringan intelijen internasional," kata Faizal. Atas dasar inilah Faizal melaporkan Fahri atas dugaan pencemaran nama baik.
Sementara Mardani Ali Sera dilaporkan oleh Faizal karena telah membuat pernyataan di media sosial bahwa PKS tak mendukung tindakan radikalisme dan terorisme. "Padahal saya punya bukti yang kuat bahwa PKS justru mendukung tindakan radikalisme dan terorisme. Ini pembohongan publik," kata dia.
Fahri menilai langkah yang dilakukan Faizal itu sebagai taktik intelejen. "Ini bisnis intelijen namanya," kata Fahri tanpa memperjelas pernyataannya itu. Menurut Fahri, Faizal dulunya pernah menjadi musuh Presiden Jokowi. Bahkan Faizal pernah melaporkan Jokowi ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun belakangan, Faizal tiba-tiba justru menjadi pendukung Jokowi. "Dia hidup dari air keruh dan semakin keruh semakin bagus bagi dia," kata Fahri Hamzah.